Konsumsi ganja atau marijuana telah menjadi salah satu permasalahan kesehatan masyarakat yang semakin mengkhawatirkan, terutama di kalangan remaja. Selain efeknya yang merusak kesehatan fisik, konsumsi ganja juga berpotensi meningkatkan risiko episode psikotik pada remaja.
Ganja mengandung zat aktif bernama THC (Tetrahydrocannabinol) yang memiliki efek psikoaktif pada otak. Ketika dikonsumsi, THC akan memengaruhi kerja otak dan mengubah persepsi serta pikiran seseorang. Pada remaja yang masih dalam masa perkembangan otaknya, konsumsi ganja dapat berdampak sangat buruk.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa remaja yang mengkonsumsi ganja memiliki risiko dua kali lipat lebih tinggi untuk mengalami episode psikotik dibandingkan dengan mereka yang tidak mengkonsumsinya. Episode psikotik sendiri adalah kondisi mental yang ditandai dengan hilangnya kontak dengan kenyataan, halusinasi, paranoid, serta gangguan pemikiran.
Selain itu, konsumsi ganja pada remaja juga dapat menyebabkan gangguan kejiwaan lainnya seperti depresi, kecemasan, dan gangguan bipolar. Efek negatif ini dapat membahayakan kesehatan mental remaja dan mengganggu proses perkembangannya.
Oleh karena itu, penting bagi orangtua, guru, dan masyarakat secara umum untuk memberikan pemahaman yang benar tentang bahaya konsumsi ganja pada remaja. Peran orangtua dalam mengawasi aktivitas anak, memberikan pendidikan tentang bahaya ganja, serta memberikan dukungan dan pendampingan yang baik sangat diperlukan untuk mencegah remaja terjerumus dalam konsumsi ganja.
Selain itu, pemerintah juga harus memberikan sosialisasi yang lebih luas tentang bahaya ganja dan memberikan sanksi yang tegas bagi para pengedar dan pengguna ganja, terutama pada kalangan remaja. Dengan upaya bersama, diharapkan angka konsumsi ganja pada remaja dapat ditekan sehingga risiko episode psikotik dan gangguan kejiwaan lainnya dapat diminimalkan. Kesehatan mental remaja adalah investasi penting bagi masa depan bangsa, dan konsumsi ganja merupakan ancaman serius yang perlu segera ditangani.