Infertilitas atau ketidaksuburan adalah masalah yang seringkali menjadi momok bagi pasangan yang ingin memiliki anak. Banyak mitos dan anggapan yang berkembang di masyarakat tentang infertilitas, yang seringkali membuat orang menjadi takut dan cemas. Namun, seorang pakar kesehatan menekankan pentingnya edukasi untuk mengatasi mitos-mitos tersebut.

Menurut dr. Andika, seorang ahli kesehatan reproduksi, mitos tentang infertilitas seringkali membuat orang menjadi salah paham dan tidak mendapatkan informasi yang benar. Salah satu mitos yang seringkali dipercayai adalah bahwa infertilitas hanya terjadi pada wanita, padahal kenyataannya infertilitas bisa disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan baik pada pria maupun wanita.

“Infertilitas bukanlah hanya masalah wanita, namun juga bisa disebabkan oleh faktor-faktor pada pria seperti gangguan sperma atau kualitas sperma yang buruk,” ujar dr. Andika. Oleh karena itu, penting bagi pasangan yang mengalami masalah ketidaksuburan untuk melakukan pemeriksaan bersamaan dan mendapatkan informasi yang benar mengenai penyebab infertilitas.

Selain itu, mitos lain yang seringkali dipercayai adalah bahwa infertilitas hanya terjadi pada pasangan yang sudah berusia lanjut. Padahal, kenyataannya infertilitas bisa terjadi pada siapa saja, tanpa memandang usia. Faktor-faktor seperti gaya hidup tidak sehat, pola makan yang buruk, stress, dan faktor genetik juga bisa berkontribusi terhadap masalah infertilitas.

“Oleh karena itu, edukasi tentang infertilitas sangat penting untuk menghilangkan mitos-mitos yang tidak benar. Pasangan yang mengalami masalah ketidaksuburan harus mencari informasi yang benar dan melakukan pemeriksaan secara berkala untuk mengetahui penyebabnya,” tambah dr. Andika.

Dengan demikian, melalui edukasi yang benar dan pemeriksaan yang tepat, pasangan yang mengalami masalah infertilitas dapat mengetahui penyebabnya dan mendapatkan penanganan yang tepat. Jangan biarkan mitos tentang infertilitas menghalangi langkah-langkah untuk mendapatkan keturunan. Lakukan konsultasi dengan pakar kesehatan reproduksi untuk mendapatkan informasi yang benar dan penanganan yang sesuai. Semoga artikel ini bermanfaat.